Shin Tae-yong bukan hanya sekadar juru taktik bagi “Garuda Muda”

shin
Pelatih Indonesia Shin Tae-yong memimpin timnya melawan Korea Selatan pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 di Doha, Qatar, Jumat (26/4/2024) dini hari. Shin membuktikan kompetensinya sebagai pelatih berkepala dingin dengan membawa timnas Indonesia U-23 ke babak semifinal Piala Asia.

Pada Piala Dunia Jepang-Korea Selatan 2002, siapa yang mengira tim Korea Selatan dapat melaju ke semifinal? Saat itu, Asia masih dianggap sebagai kekuatan sepak bola dunia ketiga, bersama dengan Afrika. Masyarakat masih sangat menghormati tim Eropa dan Amerika Selatan sebagai tolok ukur sepak bola.

Siapa yang tersingkir oleh Korea Selatan sebelum babak semifinal? Mereka tak tinggal diam, mengalahkan dua tim Eropa. Italia yang kala itu dianggap sebagai tim kelas dunia, kalah 2-1 di babak tambahan waktu berkat gol kemenangan Ahn Jung-hwan. Kemenangan dramatis bagi “Taegeuk Warriors” itu diraih karena Ahn Jung-hwan saat itu bermain untuk Perugia, klub Serie A Italia.

Di babak perempat final, Spanyol juga menyingkirkan mereka lewat adu penalti dengan skor 5-3, setelah skor tetap 0-0 hingga berakhirnya perpanjangan waktu. Perjuangan Korea Selatan terhenti di babak semifinal saat mereka kalah 0-1 dari Jerman di semifinal. Brasil kemudian muncul sebagai juara setelah menang 2-0 di final melawan Jerman.

Korea Selatan kalah 2-3 dari Turki dalam perebutan tempat ketiga. Namun, bagi publik “Negeri Ginseng”, lolos ke babak semifinal Piala Dunia sudah membuat mereka bangga tak terkira. Dan terbukti, Korea Selatan belum mampu mengulang prestasi itu hingga kini, dalam lima turnamen Piala Dunia setelah 2002.

Siapakah sosok di balik kesuksesan Korea Selatan saat itu? Tentu saja Guus Hiddink , pelatih asal Belanda yang telah memoles Park Ji-sung dan kawan-kawan sejak 2001. Hiddink yang awalnya diragukan oleh pers dan publik setempat karena dianggap tidak serius dalam menjalankan tugasnya, mampu mengubah tim Korea Selatan menjadi tim yang penuh tekad, seolah tak pernah kehilangan tenaga sepanjang pertandingan.

udul

Tak hanya saat masih menangani Korea Selatan, Hiddink membuktikannya. Saat melatih Rusia di Piala Eropa Swiss-Austria 2008, Hiddink juga membawa Rusia mengalahkan negaranya sendiri, Belanda, di babak perempat final. Saat itu, Belanda diperkuat pemain-pemain top, seperti gelandang serang Wesley Sneijder, Dirk Kuyt, dan Rafael van der Vaart, plus penyerang Ruud van Nistelrooy.

Beberapa pelatih lain punya kemampuan yang mirip dengan Hiddink. Sebut saja Manuel Pellegrini, pelatih asal Cile yang membawa Malaga, klub Spanyol yang kerap finis di papan tengah dan bawah Liga Spanyol, ke perempat final Liga Champions. Ada pula nama Fatih Terim yang membawa tim nasional Turki dengan status kuda hitam di Piala Eropa 2008 hingga ke semifinal.

Inggris juga mencatat prestasi Roy Hodgson yang memimpin Fulham, klub spesialis papan tengah Liga Primer Inggris, dalam penampilan bersejarah mereka di Liga Europa 2010. Kualifikasi Fulham ke kompetisi Eropa sudah fenomenal. Kisah itu dibumbui dengan keberhasilan Fulham mencapai final Liga Europa 2010, sebelum kalah dari Atletico Madrid di final.

Menakjubkan dan fenomenal

Apakah sosok pelatih-motivator yang mampu memoles tim biasa menjadi luar biasa itu menginspirasi Shin Tae-yong yang kini melatih tim Indonesia? Bisa jadi. Jika menilik perjalanan tim Garuda saat dipoles Shin, prestasi tim muda yang dikagumi puluhan juta rakyat Indonesia ini bisa dikatakan mengagumkan dan fenomenal.

Di babak penyisihan grup, Indonesia di Grup A tergabung bersama tuan rumah Qatar, Yordania, dan Australia. Pecinta sepak bola mana yang optimis Indonesia akan lolos ke babak gugur? Berdasarkan peringkat FIFA saja, kita berada di peringkat terendah. Australia berada di posisi tertinggi di grup, yakni di posisi ke-24, disusul Qatar di posisi ke-34, dan Yordania di posisi ke-71.

Sementara itu, Indonesia masih berada di luar 100 negara teratas dunia, tepatnya di posisi ke-134. Selain itu, Yordania dan Qatar sama-sama finalis Piala Asia 2023. Keduanya pernah bertemu di laga final yang dimenangkan Qatar pada awal Februari lalu. Dari aspek apa Tim Garuda optimis?

Witan Sulaeman

Di sinilah letak urgensi peran Shin Tae-yong. Shin mampu mengubah Indonesia yang berada di posisi “Daud”, si lemah dalam analogi “Daud versus Goliath“, menjadi Daud yang pantang menyerah, bertekad menang, dan tak pernah berhenti berjuang hingga akhir pertandingan. Shin mampu menegaskan kepada timnya bahwa peringkat FIFA bukanlah jaminan hasil pertandingan. Dengan kata lain, kedua tim yang bertanding memiliki peluang yang sama untuk menang.

Setelah kalah 0-2 dari Qatar di laga pertama, seluruh pemain Indonesia tampil maksimal. Hasilnya? Menang 1-0 atas Australia dan 4-1 atas Yordania. Saat berjumpa Australia, suporter Indonesia menyaksikan bagaimana kiper Ernando Ari tampil maksimal sehingga mampu menggagalkan tendangan penalti Mohamed Toure. “Garuda Muda” menang berkat gol semata wayang Komang Teguh, assist dari Nathan Tjoe-A-On.

Posted In :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *